Jakarta – 21 Agustus 2025 – Kementerian Agama (Kemenag) akan menyelenggarakan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Al-Hadis (STQH) Nasional XXVIII di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 9–19 Oktober 2025 mendatang. Ada hal baru pada perhelatan tahun ini, yaitu hadirnya cabang lomba Karya Tulis Ilmiah Hadis (KTIH). Kehadiran KTIH diharapkan bisa memperkuat sisi akademik dan intelektual dalam ajang STQH.
“KTIH menjadi terobosan untuk menghidupkan tradisi akademik dalam memahami hadis. Jadi, peserta tidak hanya ditantang menghafal, tapi juga menulis, menafsirkan, serta menyampaikan gagasan ilmiah,” ujar Kepala Subdirektorat Lembaga Tilawah dan Musabaqah Al-Qur’an, Rijal Ahmad Rangkuty, saat Technical Meeting sekaligus penetapan peserta STQH Nasional XXVIII di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag RI, Jakarta, Rabu (20/8/2025).
Baca Juga: Kemenag luncurkan asta protas delapan program prioritas berdampak 2025 2029
Rijal menjelaskan, penilaian KTIH dilakukan secara menyeluruh. Mulai dari keaslian karya, kedalaman materi, ketepatan bahasa, logika penyusunan, hingga kemampuan presentasi peserta. “Ini pertama kalinya KTIH hadir di STQH Nasional. Kami ingin memberi ruang bagi generasi muda untuk menuangkan gagasan segar tentang hadis melalui tulisan yang orisinal dan bisa dipertanggungjawabkan,” tambahnya.
Dalam babak penyisihan, ada lima aspek utama yang dinilai: kesesuaian judul dengan tema, kebaruan gagasan, eksplorasi kandungan hadis, keluasan wawasan, serta kekayaan referensi. Aspek ini tetap digunakan di babak semifinal dengan rentang nilai berbeda. Selain itu, keteraturan berpikir, mutu analisis, sistematika penulisan, dan alur gagasan juga menjadi perhatian juri.
Rijal menekankan bahwa keaslian karya adalah syarat mutlak. Panitia bahkan menerapkan batas maksimal tingkat kemiripan dari hasil pemeriksaan plagiarisme, dengan pengecualian untuk kutipan ayat Al-Qur’an, hadis, daftar pustaka, dan catatan kaki.
“Dengan hadirnya KTIH, harapannya STQH tahun ini tidak hanya melahirkan penghafal hadis, tapi juga generasi yang mampu berpikir kritis, sistematis, dan memberikan kontribusi nyata lewat gagasan akademik,” pungkas Rijal.
Sumber: Remenag RI