Mutiara Al-Qur’an Malam Ini: Hati yang Tenteram dalam Dzikir
Dalam hidup yang penuh gejolak, kita sering bertanya: “Di mana letak ketenangan sejati?” Apakah ada tempat di dunia ini yang bisa menjamin kedamaian hati?
Jawaban itu ternyata datang langsung dari Al-Qur’an, kalam ilahi yang menjadi petunjuk bagi jiwa yang mencari arah. Salah satu ayat yang begitu menyentuh hati adalah:
“أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ”
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
— QS. Ar-Ra’d: 28
Ayat ini bukan sekadar susunan kata. Ia adalah obat. Ia adalah jawaban dari resah yang tak mampu diredam oleh dunia.
✨ Kandungan Ayat: Menyelami Kedalaman Jiwa
1. Ketenangan itu bukan di luar, tapi di dalam hati
Banyak orang mencari tenang lewat liburan, kekayaan, relasi, atau pencapaian duniawi. Tapi Allah menegaskan: hati yang damai hanya lahir dari hubungan dengan-Nya.
Di tengah hiruk pikuk dunia, hati yang terhubung kepada Allah akan tetap kokoh dan damai.
2. Dzikir adalah nafas ruhani
Mengingat Allah bukan hanya melafalkan tasbih atau dzikir lisan. Dzikir adalah kesadaran ruhani bahwa kita selalu dalam pengawasan dan kasih sayang Allah.
Ketika lidah berucap “Subhanallah”, dan hati benar-benar merasakannya — di situlah jiwa menjadi hidup dan tenteram.
3. Ayat ini adalah penawar kegelisahan
Saat resah melanda, manusia cenderung mencari pelarian: membeli, bepergian, bahkan melampiaskan amarah. Tapi Al-Qur’an justru menyuruh kita berhenti sejenak, dan kembali mengingat Allah.
Solusi hati yang kacau bukanlah dunia yang lebih ramai, tapi keheningan dzikir yang menghubungkan kita dengan Tuhan.
Komentar Para Ulama
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
“Tidak ada sesuatu yang bisa memberikan ketenangan dan kebahagiaan yang lebih besar kepada hati, selain dzikir kepada Allah.”
Menurut beliau, dzikir bukan sekadar ibadah — tapi kebutuhan fitrah manusia. Layaknya air bagi tubuh, dzikir adalah penyejuk bagi hati.
Imam Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan:
“Ini dalil bahwa tidak ada yang bisa menenangkan hati selain dzikrullah, bahkan jika seseorang memiliki seluruh dunia.”
Dengan kata lain, dunia bisa penuh, tapi hati tetap kosong — kecuali ia diisi oleh cahaya Allah.
Syaikh As-Sa’di rahimahullah menulis:
“Dzikir mengandung cinta, pengharapan, dan tawakal. Maka wajar jika hati menjadi tenang ketika menyebut-Nya.”
Dzikir itu bukan hanya kata-kata — ia adalah relasi spiritual yang menumbuhkan rasa percaya dan kasih kepada Sang Pencipta.
Penutup Renungan: Heningkan Hati Malam Ini
Jika malam ini terasa berat, jika ada luka yang belum pulih, atau hati yang tak bisa tenang — cobalah berhenti sejenak. Heningkan hati, ucapkan dengan tulus:
“Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah, Allahu Akbar.”
Lalu rasakan makna dari ayat ini:
“أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ”
Dia — Allah — lebih dekat dari urat leher kita, mendengar bisikan jiwa yang bahkan tak terucap lisan.
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
— QS. Qaf: 16
Catatan Akhir:
Semoga ayat ini menjadi pelita di tengah gelapnya hati, dan menjadi penyembuh bagi kegelisahan yang tak selalu bisa diungkapkan.
Jika kamu merasa artikel ini menyentuh, bagikan ke yang lain. Barangkali ada hati lain yang sedang mencari tenang, dan menemukan jawabannya malam ini.